Bagi yang tinggal di daerah Bali, tentu akan tahu tentang Tanah Lot,
dimana di tempat tersebut terdapat bangunan pura yang berada di sebuah
pulau kecil. Ternyata di Amerika, tepatnya di Rhode Island’s
Narragansett juga terdapat bangunan yang menggunakan konsep sama yaitu
menggunakan pulau kecil di tengah laut.
Jika pura di Tanah Lot digunakan sebagai tempat sembahyang dan melakukan
do’a bagi umat Hindu, sedangkan bangunan rumah yang berada di Amerika
tersebut digunakan sebagai rumah tempat tinggal biasa.
Bentuk bangunan ini akan mengingatkan kepada kita tentang rumah yang
sering digunakan untuk tempat tinggal nenek sihir seperti dalam cerita
dongeng anak-anak. Meski demikian bukan suasana seram yang muncul, namun
justru nuansa yang sangat artistik dan unik.
Bagian dinding bawah yang juga berfungsi sebagai pondasi terbuat dari
batu karang yang dipecah dan dibentuk dengan ukuran yang sama dan
sepadan, lalu disusun menggunakan semen. Penggunaan batu ini
menghasilkan kesan bangunan yang menyatu dengan laut dan lingkungan alam
disekitar rumah tersebut.
Pembuatan pondasi dengan ukuran yang lebih tinggi, selain untuk
memunculkan nuansa yang artitistik, juga punya tujuan yang lain, yaitu
untuk menghindari terjadinya air pasang, terutama pada malam hari atau
ketika ada ombak besar yang datang. Sehingga air laut tidak bisa masuk
atau membanjiri ruang di dalam rumah.
Di beberapa bagian dinding, diletakan tanaman seperti ganggang namun
menempel pada batu sehingga terlihat bisa menyatu. Penggunaan tanaman
ini bertujuan untuk memunculkan kesan yang lebih sejuk pada lingkungan
laut yang biasanya selalu panas.
Sedangkan untuk jendelanya, dibiarkan tetap terbuka tanpa menggunakan
pintu. Ini akan membuat udara segar bisa masuk dalam ruang dan bergerak
dengan bebas. Jadi suasana panas dalam ruang bisa dihindari.
Kemudian untuk lantai atasnya menggunakan dinding dari kayu yang terdiri
dari dua lantai. Warna kayu tersebut juga selaras dengan warna batu
karang yaitu coklat keputihan. Untuk lantai yang pertama terdapat satu
keunikan, dimana pada salah satu bagian sudut pinggirnya dibuat agak
miring ke bawah, sementara untuk bagian pojok lantai paling atas juga
dibuat sama. Hal ini menjadikan bentuk fasad menjadi lebih artistik.
Jendela pada bagian depan menggunakan jendela kaca tertutup yang
fungsinya hanya untuk mendapatkan pencahayaan alami dari sinar matahari.
Sedangkan untuk sistem sirkulasi udaranya, menggunakan beberapa jendela
lain yang diletakan pada bagian samping.
Di bagian samping dinding yang lain (sebelah kiri), dibuat pintu dan
teras yang menghadap langsung kearah laut. Dari sini pandangan mata bisa
menikmati suasana alam di laut yang luas dengan bebas.
Untuk lantai yang paling atas bentuknya juga sama, namun ada sedikit
perbedaan pada bagian fasadnya. Dibagian tengah fasad tersebut terdapat
balkon dengan ukuran yang kecil namun sangat cantik. Dari tempat ini
penghuni bisa menikmati pemandangan pantai dan darat yang berada di
depannya.
Untuk akses masuk dan keluar rumah serta pulau, di depan bangunan rumah
dibuatkan tangga yang bentuknya seperti huruf ‘L’, yang terbuat dari
kayu dengan warna yang selaras dengan warna dinding dan batu pondasi.
Di bagian bawah tangga ini kemudian dibuat semacam dermaga kecil yang juga terbuat dari kayu. Dari tempat ini penghuni bisa keluar atau pergi ke darat menggunakan perahu tempel atau kapal boat yang kecil.
Di bagian bawah tangga ini kemudian dibuat semacam dermaga kecil yang juga terbuat dari kayu. Dari tempat ini penghuni bisa keluar atau pergi ke darat menggunakan perahu tempel atau kapal boat yang kecil.
Pembuatan rumah dengan konsep ini tentu perlu perhitungan yang cukup
matang, terutama pada hal-hal yang berkaitan dengan ombak air laut yang
bisa menjadikan pulau tersebut terkena erosi yang bisa mengakibatkan
bangunan rumah menjadi runtuh.
Sumber gambar : http://www.nytimes.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar