Minggu, 08 April 2012

Rumah Batu di Danau atau Laut


Rumah Batu di Danau atau Laut
Bagi yang tinggal di daerah Bali, tentu akan tahu tentang Tanah Lot, dimana di tempat tersebut terdapat bangunan pura yang berada di sebuah pulau kecil. Ternyata di Amerika, tepatnya di Rhode Island’s Narragansett juga terdapat bangunan yang menggunakan konsep sama yaitu menggunakan pulau kecil di tengah laut.

Jika pura di Tanah Lot digunakan sebagai tempat sembahyang dan melakukan do’a bagi umat Hindu, sedangkan bangunan rumah yang berada di Amerika tersebut digunakan sebagai rumah tempat tinggal biasa.

Bentuk bangunan ini akan mengingatkan kepada kita tentang rumah yang sering digunakan untuk tempat tinggal nenek sihir seperti dalam cerita dongeng anak-anak. Meski demikian bukan suasana seram yang muncul, namun justru nuansa yang sangat artistik dan unik.

Bagian dinding bawah yang juga berfungsi sebagai pondasi terbuat dari batu karang yang dipecah dan dibentuk dengan ukuran yang sama dan sepadan, lalu disusun menggunakan semen. Penggunaan batu ini menghasilkan kesan bangunan yang menyatu dengan laut dan lingkungan alam disekitar rumah tersebut.

Pembuatan pondasi dengan ukuran yang lebih tinggi, selain untuk memunculkan nuansa yang artitistik, juga punya tujuan yang lain, yaitu untuk menghindari terjadinya air pasang, terutama pada malam hari atau ketika ada ombak besar yang datang. Sehingga air laut tidak bisa masuk atau membanjiri ruang di dalam rumah.

Di beberapa bagian dinding, diletakan tanaman seperti ganggang namun menempel pada batu sehingga terlihat bisa menyatu. Penggunaan tanaman ini bertujuan untuk memunculkan kesan yang lebih sejuk pada lingkungan laut yang biasanya selalu panas.

Sedangkan untuk jendelanya, dibiarkan tetap terbuka tanpa menggunakan pintu. Ini akan membuat udara segar bisa masuk dalam ruang dan bergerak dengan bebas. Jadi suasana panas dalam ruang bisa dihindari.

Kemudian untuk lantai atasnya menggunakan dinding dari kayu yang terdiri dari dua lantai. Warna kayu tersebut juga selaras dengan warna batu karang yaitu coklat keputihan. Untuk lantai yang pertama terdapat satu keunikan, dimana pada salah satu bagian sudut pinggirnya dibuat agak miring ke bawah, sementara untuk bagian pojok lantai paling atas juga dibuat sama. Hal ini menjadikan bentuk fasad menjadi lebih artistik.

Jendela pada bagian depan menggunakan jendela kaca tertutup yang fungsinya hanya untuk mendapatkan pencahayaan alami dari sinar matahari. Sedangkan untuk sistem sirkulasi udaranya, menggunakan beberapa jendela lain yang diletakan pada bagian samping.

Di bagian samping dinding yang lain (sebelah kiri), dibuat pintu dan teras yang menghadap langsung kearah laut. Dari sini pandangan mata bisa menikmati suasana alam di laut yang luas dengan bebas.

Untuk lantai yang paling atas bentuknya juga sama, namun ada sedikit perbedaan pada bagian fasadnya. Dibagian tengah fasad tersebut terdapat balkon dengan ukuran yang kecil namun sangat cantik. Dari tempat ini penghuni bisa menikmati pemandangan pantai dan darat yang berada di depannya.

Untuk akses masuk dan keluar rumah serta pulau, di depan bangunan rumah dibuatkan tangga yang bentuknya seperti huruf ‘L’, yang terbuat dari kayu dengan warna yang selaras dengan warna dinding dan batu pondasi.
Di bagian bawah tangga ini kemudian dibuat semacam dermaga kecil yang juga terbuat dari kayu. Dari tempat ini penghuni bisa keluar atau pergi ke darat menggunakan perahu tempel atau kapal boat yang kecil.

Pembuatan rumah dengan konsep ini tentu perlu perhitungan yang cukup matang, terutama pada hal-hal yang berkaitan dengan ombak air laut yang bisa menjadikan pulau tersebut terkena erosi yang bisa mengakibatkan bangunan rumah menjadi runtuh.

Sumber gambar : http://www.nytimes.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar